Jumat, 31 Januari 2014

Wisata Dieng

 
Wisata Dieng
 
Wisata Dieng adalah sebuah dataran tinggi yang masuk wilayah Wonosobo dan Banjarnegara. Tidak hanya pesona alamnya yang mengundang wisatawan untuk berkunjung ke dataran setinggi 2.000 meter di atas permukaan laut. Namun, juga candi-candi bersejarah dan tempat-tempat sakral yang bagi sebagian orang dianggap keramat.

CUACA menjelang pukul 02.30 dini hari itu masih terlalu dingin Namun, menembus dingin dengan bersepeda motor demi mengejar matahari terbit di Dieng. Sunrise yang menjadi salah satu atraksi wisata di Dieng memang tergolong unik dan tidak ditemukan di tempat lain. Cincin perak dan emas seakan melingkari matahari saat bangun dari tidurnya pada pagi.

Seorang wisatawan asal Australia Rapheal Jane Eaton, tampaknya, juga bermaksud menuju Dieng. Menemuinya di Gardu Pandang Tieng yang berjarak sekitar 4 kilometer sebelum masuk wilayah dataran tinggi Wisata Dieng.

Dari Wonosobo, perlu waktu sekitar satu setengah jam untuk menempuh jarak menuju Dieng sejauh sekitar 30 kilometer. Rute berkelok dan naik turun menjadi tantangan tersendiri. Itu pun masih ditambah dengan balutan kabut.

Sampai di Dieng sekitar pukul 04.00, ternyata, banyak wisatawan lain yang terlebih dahulu datang. Sekitar setengah jam kemudian, perlahan matahari beranjak dari balik Gunung Sindoro yang gagah berdiri. Sedikit demi sedikit, benang sinar keemasan mulai tampak.

Setengah jam kemudian, matahari membesar dengan bias sinar emasnya yang terurai kabut putih. Bias cahaya matahari yang membentuk cincin emas dan perak mengakhiri atraksi sunrise di Wisata Dieng. Namun, itu bukan atraksi di Dieng.

Perjalanan dilanjutkan ke dataran tinggi yang menampilkan tumpukan batu berbentuk candi. Sinar matahari belum menyentuh dataran tersebut karena terhalang Gunung Pakuwaja di sebelah timur dataran tinggi Dieng.

Sementara menunggu bias sinar matahari menerangi Candi Arjuna, penulis menikmati hangatnya kopi di sebuah warung. Belum lagi segelas kopi itu habis, semburat sinar matahari memancar dari balik Gunung Pakuwaja dan membuat langit membiru.

Kopi yang menemani saat-saat menunggu itu, ternyata, bukan sembarang kopi. Warga setempat menyebutnya Kopi Purwaceng dengan ramuan khusus yang tidak saja mampu menghangatkan badan, namun juga memperkuat stamina tubuh. Ramuan tersebut berasal dari jenis daun-daunan yang hanya bisa tumbuh di dataran tinggi Dieng.
 

Sample text

Sample Text